Suatu hari, setelah ia terlibat dalam
sebuah operasi untuk membantu S.H.I.E.L.D. dalam membebaskan kapal laut
mereka dari serangan bajak laut Algeria yang dipimpin oleh Georges
Batroc (Georges St-Pierre) bersama dengan agen rahasia Natasha Romanoff
(Scarlett Johansson), Steve mulai mempertanyakan sikap kepemimpinan Nick
Fury (Samuel L. Jackson) ketika mengetahui bahwa Nick menyimpan rahasia
dari dirinya mengenai misi sebenarnya dari keberadaan agen Natasha
Romanoff dalam operasi tersebut.
Keraguan Steve terhadap dirinya itulah yang membuat Nick kemudian mengenalkan sebuah misi rahasia milik S.H.I.E.L.D. bernama Operation:Insight kepada Steve. Tidak lama sesudahnya, Nick justru kemudian kehilangan aksesnya pada Operation:Insight dan mengalami penyerangan bertubi-tubi dari seorang pembunuh misterius yang dikenal dengan sebutan The Winter Soldier. Beruntung, Nick dapat menyelamatkan diri dari serangan tersebut. Dalam keadaan terluka, Nick menemui Steve di apartemennya dan menyerahkan sebuah flash drive sekaligus mengingatkan Steve untuk tidak mempercayai orang-orang yang berada di sekitarnya.
Sialnya, begitu mengetahui bahwa ia adalah orang terakhir yang ditemui oleh Nick, pimpinan senior S.H.I.E.L.D., Alexander Pierce (Robert Redford), justru menjadikan Steve sebagai seorang buronan setelah ia menolak untuk memberi informasi mengenai apa tujuan Nick ketika datang ke apartemennya. Diburu oleh orang-orang yang selama ini ia percayai, Steve Rogers kini harus terus berlari untuk menyelamatkan diri sekaligus mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam S.H.I.E.L.D. serta orang-orang yang terlibat didalamnya.
Christopher Markus dan Stephen McFeely harus diakui berhasil untuk meningkatkan kualitas penulisan penceritaan Captain America: The Winter Soldier dengan memberikan deretan intrik dan konflik yang lebih kuat sekaligus karakter-karakter yang lebih mampu dimanfaatkan keberadaannya untuk menjadikan gerakan cerita film menjadi lebih dinamis.
Namun, di saat yang bersamaan, kekuatan penceritaan tersebut kurang mampu dieksekusi dengan baik oleh duo Anthony Russo dan Joe Russo (You, Me and Dupree, 2006) yang duduk di kursi penyutradaan menggantikan posisi Joe Johnston. Duo Russo serasa tidak pernah benar-benar mampu untuk mengeksplorasi jalan cerita yang ia tangani dengan sempurna. Terlalu lamban dalam mengalurkan sisi penceritaan drama film dan di saat yang bersamaan juga terasa tidak mampu untuk menghasilkan sajian aksi yang kuat di saat jalan cerita membutuhkan elemen tersebut. Hasilnya, meskipun telah didukung dengan jalan penceritaan yang lebih padat berisi, eksekusi lemah duo Russo gagal untuk memberikan kepuasan secara utuh dalam deretan tahapan penceritaan Captain America: The Winter Soldier.
Chris Evans sendiri masih tampil sangat prima sebagai Steve Rogers atau Captain America. Daya tarik keseluruhan yang dimiliki oleh Evans mungkin telah hampir menyamai dengan kharisma yang dimiliki oleh Robert Downey, Jr. dalam memerankan Tony Stark alias Iron Man: telah cukup sulit untuk membayangkan kedua karakter tersebut jika diperankan oleh aktor yang berbeda. Pemberian porsi penceritaan yang lebih besar pada karakter Natasha Romanoff juga mampu dibarengi dengan chemistry yang begitu erat antara Evans dan Scarlett Johansson.
Meskipun sama sekali tidak pernah diberikan porsi penceritaan yang mengarah kepada terbentuknya jalinan kisah romansa antara kedua karakter yang mereka perankan namun Evans dan Johansson berhasil membentuk jalinan chemistry (secara seksual?) yang akan mampu membuat para penonton bahwa kedua karakter mereka mampu hadir dengan porsi penceritaan yang lebih dari sekedar jalinan persahabatan. Begitulah jalinan keeratan chemistry yang berhasil dijalin Evans dan Johansson dalam film ini.
Para pemeran pendukung lain juga mampu memberikan kontribusi akting yang sangat meyakinkan bagi Captain America: The Winter Soldier. Samuel L. Jackson mampu tampil prima dengan perannya sebagai Nick Fury yang juga mendapatkan porsi peran lebih besar di film ini. Kehadiran kembali karakter Bucky Barnes yang diperankan oleh Sebastian Stan juga mampu tampil mencuri perhatian – meskipun dengan porsi penceritaan yang harus diakui kurang memuaskan.
Sayangnya, hal yang sama juga terjadi pada Robert Redford, Anthony Mackie dan Emily VanCamp. Karakter-karakter yang mereka perankan terasa memiliki peran yang cukup vital dalam jalinan penceritaan Captain America: The Winter Soldier. Namun, eksplorasi karakter yang begitu terbatas membuat karakter-karakter tersebut justru akhirnya terasa kurang esensial. Captain America: The Winter Soldier juga hadir dengan kualitas produksi yang berkelas – meskipun entah kenapa tidak pernah benar-benar terasa istimewa jika dibandingkan dengan film-film produksi Marvel Studios lainnya. Mungkin jika Captain America: The Winter Soldier mampu mendapatkan pengarahan yang lebih kuat lagi maka film ini akan berhasil tampil lebih mengesankan.
Bukan berarti bahwa film ini hadir dengan kualitas yang seadanya atau bahkan mengecewakan. Namun hasil penulisan naskah Christopher Markus dan Stephen McFeely yang mampu menyelipkan berbagai intrik lebih menegangkan jika dibandingkan dengan seri sebelumnya gagal dieksekusi dengan lebih layak oleh duo sutradara Anthony dan Joe Russo. Karenanya, meskipun didukung dengan kualitas naskah yang membaik, penampilan jajaran pengisi departemen akting yang begitu apik serta kualitas produksi yang cukup cemerlang, Captain America: The Winter Soldier masih saja kurang mampu menggenggam perhatian para penontonnya dengan seutuhnya pada banyak bagian ceritanya. Peningkatan dari seri sebelumnya namun jelas masih memiliki beberapa ruang narasi yang perlu mendapatkan perbaikan.
Keraguan Steve terhadap dirinya itulah yang membuat Nick kemudian mengenalkan sebuah misi rahasia milik S.H.I.E.L.D. bernama Operation:Insight kepada Steve. Tidak lama sesudahnya, Nick justru kemudian kehilangan aksesnya pada Operation:Insight dan mengalami penyerangan bertubi-tubi dari seorang pembunuh misterius yang dikenal dengan sebutan The Winter Soldier. Beruntung, Nick dapat menyelamatkan diri dari serangan tersebut. Dalam keadaan terluka, Nick menemui Steve di apartemennya dan menyerahkan sebuah flash drive sekaligus mengingatkan Steve untuk tidak mempercayai orang-orang yang berada di sekitarnya.
Sialnya, begitu mengetahui bahwa ia adalah orang terakhir yang ditemui oleh Nick, pimpinan senior S.H.I.E.L.D., Alexander Pierce (Robert Redford), justru menjadikan Steve sebagai seorang buronan setelah ia menolak untuk memberi informasi mengenai apa tujuan Nick ketika datang ke apartemennya. Diburu oleh orang-orang yang selama ini ia percayai, Steve Rogers kini harus terus berlari untuk menyelamatkan diri sekaligus mencari tahu mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam S.H.I.E.L.D. serta orang-orang yang terlibat didalamnya.
Christopher Markus dan Stephen McFeely harus diakui berhasil untuk meningkatkan kualitas penulisan penceritaan Captain America: The Winter Soldier dengan memberikan deretan intrik dan konflik yang lebih kuat sekaligus karakter-karakter yang lebih mampu dimanfaatkan keberadaannya untuk menjadikan gerakan cerita film menjadi lebih dinamis.
Namun, di saat yang bersamaan, kekuatan penceritaan tersebut kurang mampu dieksekusi dengan baik oleh duo Anthony Russo dan Joe Russo (You, Me and Dupree, 2006) yang duduk di kursi penyutradaan menggantikan posisi Joe Johnston. Duo Russo serasa tidak pernah benar-benar mampu untuk mengeksplorasi jalan cerita yang ia tangani dengan sempurna. Terlalu lamban dalam mengalurkan sisi penceritaan drama film dan di saat yang bersamaan juga terasa tidak mampu untuk menghasilkan sajian aksi yang kuat di saat jalan cerita membutuhkan elemen tersebut. Hasilnya, meskipun telah didukung dengan jalan penceritaan yang lebih padat berisi, eksekusi lemah duo Russo gagal untuk memberikan kepuasan secara utuh dalam deretan tahapan penceritaan Captain America: The Winter Soldier.
Chris Evans sendiri masih tampil sangat prima sebagai Steve Rogers atau Captain America. Daya tarik keseluruhan yang dimiliki oleh Evans mungkin telah hampir menyamai dengan kharisma yang dimiliki oleh Robert Downey, Jr. dalam memerankan Tony Stark alias Iron Man: telah cukup sulit untuk membayangkan kedua karakter tersebut jika diperankan oleh aktor yang berbeda. Pemberian porsi penceritaan yang lebih besar pada karakter Natasha Romanoff juga mampu dibarengi dengan chemistry yang begitu erat antara Evans dan Scarlett Johansson.
Meskipun sama sekali tidak pernah diberikan porsi penceritaan yang mengarah kepada terbentuknya jalinan kisah romansa antara kedua karakter yang mereka perankan namun Evans dan Johansson berhasil membentuk jalinan chemistry (secara seksual?) yang akan mampu membuat para penonton bahwa kedua karakter mereka mampu hadir dengan porsi penceritaan yang lebih dari sekedar jalinan persahabatan. Begitulah jalinan keeratan chemistry yang berhasil dijalin Evans dan Johansson dalam film ini.
Para pemeran pendukung lain juga mampu memberikan kontribusi akting yang sangat meyakinkan bagi Captain America: The Winter Soldier. Samuel L. Jackson mampu tampil prima dengan perannya sebagai Nick Fury yang juga mendapatkan porsi peran lebih besar di film ini. Kehadiran kembali karakter Bucky Barnes yang diperankan oleh Sebastian Stan juga mampu tampil mencuri perhatian – meskipun dengan porsi penceritaan yang harus diakui kurang memuaskan.
Sayangnya, hal yang sama juga terjadi pada Robert Redford, Anthony Mackie dan Emily VanCamp. Karakter-karakter yang mereka perankan terasa memiliki peran yang cukup vital dalam jalinan penceritaan Captain America: The Winter Soldier. Namun, eksplorasi karakter yang begitu terbatas membuat karakter-karakter tersebut justru akhirnya terasa kurang esensial. Captain America: The Winter Soldier juga hadir dengan kualitas produksi yang berkelas – meskipun entah kenapa tidak pernah benar-benar terasa istimewa jika dibandingkan dengan film-film produksi Marvel Studios lainnya. Mungkin jika Captain America: The Winter Soldier mampu mendapatkan pengarahan yang lebih kuat lagi maka film ini akan berhasil tampil lebih mengesankan.
Bukan berarti bahwa film ini hadir dengan kualitas yang seadanya atau bahkan mengecewakan. Namun hasil penulisan naskah Christopher Markus dan Stephen McFeely yang mampu menyelipkan berbagai intrik lebih menegangkan jika dibandingkan dengan seri sebelumnya gagal dieksekusi dengan lebih layak oleh duo sutradara Anthony dan Joe Russo. Karenanya, meskipun didukung dengan kualitas naskah yang membaik, penampilan jajaran pengisi departemen akting yang begitu apik serta kualitas produksi yang cukup cemerlang, Captain America: The Winter Soldier masih saja kurang mampu menggenggam perhatian para penontonnya dengan seutuhnya pada banyak bagian ceritanya. Peningkatan dari seri sebelumnya namun jelas masih memiliki beberapa ruang narasi yang perlu mendapatkan perbaikan.
LINK DOWNLOAD
DOWNLOAD
ALTERNATIVE
SUBTITLE
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment