Monday, May 18, 2015

Chappie (2015) WEB-DL + Subtitle Indonesia

chappie-2015-dl.jpg

Sebuah kalimat klasik mengatakan bahwa mempertahankan sesuatu yang telah berhasil anda dapatkan akan selalu lebih sulit ketimbang perjuangan ketika anda sedang berupaya untuk meraihnya. Hal tersebut yang kini sedang dialami oleh Neill Blomkamp ketika enam tahun lalu pria asal Afrika Selatan itu berhasil mencuri perhatian skala besar lewat District 9 (empat nominasi Oscars) yang merupakan debut feature film Blomkamp, namun empat tahun kemudian kualitasnya mulai dipertanyakan ketika Elysium hanya sebatas menjadi sebuah sci-fi standard yang kurang dinamis. So, bagaimana dengan film ketiganya ini? Chappie: charming and pall pandemonium pie.

Tindakan kejahatan tidak lagi menjadi sesuatu yang mencemaskan bagi penduduk di kota Johannesburg karena berkat penemuan pria bernama Deon Wilson (Dev Patel) aksi kriminal dapat dimusnahkan dengan cepat. Deon berhasil menciptakan robot yang dapat digerakkan dengan sistem untuk kemudian berurusan dengan para penjahat, rancangan yang berhasil membuat perusahaan tempat ia bekerja Tetra Vaal yang berada dibawah komando Michelle Bradley (Sigourney Weaver) menjadi mitra yang begitu dicintai oleh polisi.

Namun ternyata didalam Tetra Vaal juga telah lahir sumber masalah yang seolah menanti waktu yang tepat untuk meledak. Yang pertama berasal dari pria bernama Vincent Moore (Hugh Jackman) yang merasa sakit hati karena proyek tandingan yang ia namai Moose mati suri akibat ide cemerlang milik Deon tadi. Yang kedua berasal dari momen ketika Deon ingin menjadikan robot-robot tersebut lebih “manusia” namun ditolak oleh Michelle, hal yang kemudian menyebabkan Deon nekat untuk melakukan eksperimen ilegal dengan memanfaatkan sebuah robot yang telah rusak.

Celakanya dalam perjalanan pulang Deon bertemu dengan tiga penjahat, Ninja (Watkin Tudor Jones/Ninja), Yolandi (Yolandi Visser), dan Yankie (Jose Pablo Cantillo) yang memaksa Deon melakukan program ulang pada robot yang kemudian bernama CHAPPiE (Sharlto Copley) itu agar dapat bekerja dibawah kendali mereka.

Oke, mari buka review ini dengan menggunakan kalimat di paragraf pertama tadi, charming and pall pandemonium pie. Chappie memang merupakan kemasan yang cukup lemah, itu sangat jelas dan tidak peduli seberapa besar rasa kagum anda pada pesona yang mampu Neill Blomkamp suntikkan kepada tokoh utama miliknya itu anda akan merasakan sebuah grafik menurun yang ia tunjukkan ketika semakin menjauh dari garis start. Penyebabnya? Sangat sederhana sebenarnya dimana Neill Blomkamp seperti kembali melakukan daur ulang pada apa yang pernah ia lakukan di dua film terdahulunya.

Pondasi utamanya memang sebuah film pendek berjudul Tetra Vaal namun ini seperti meminjam beberapa bagian kecil dari District 9, meminjam beberapa bagian lagi dari Elysium, lalu kombinasikan mereka bersama beberapa materi baru yang meskipun tidak begitu segar namun celakanya mampu menciptakan arena bermain yang menarik. Ya, tidak begitu segar, manusia menciptakan teknologi, lalu setelah itu manusia berada dibawah ancaman teknologi dengan kemampuan immortality, namun secara mengejutkan isu klasik dari film sci-fi itu tidak terasa menjengkelkan disini.

Hal tersebut tercapai berkat keputusan Neill Blomkamp sendiri yang sejak awal seperti ingin menjejali cerita dengan beberapa konflik dan isu kecil, dari isu kesadaran manusia, jiwa dan moralitas, jealousy, persaingan, persahabatan, pendidikan, hingga puncaknya kasih sayang yang diperoleh seorang anak dari orangtua mereka, terutama ibu. Hal terakhir itu benar-benar mempesona disini yang jika sejak awal telah mampu membuat anda terikat dengannya maka akan semakin memudahkan anda untuk menikmati sisi indah dari Chappie.

Ya, itu adalah cara termudah untuk membuat Chappie terlihat mempesona karena yang eksis disekitarnya adalah sebuah perpaduan antara petualangan dinamis bersama kekacauan konyol yang juga berada di zona abu-abu. Benar, kekacauan yang konyol, meskipun tidak hadir dalam kuantitas yang besar namun kualitas yang mereka miliki punya potensi untuk mampu meninggalkan impresi yang cukup mengganggu. Salah satu masalah terbesar dari film ini adalah ketika Neill Blomkamp seperti rakus atau terlalu berambisi untuk menjadikan agar isu-isu yang ia bawa tadi membekas di memori penonton. Hasilnya adalah pergeseran warna cerita yang terasa sangat tajam, dan celakanya bukan hanya terjadi satu atau dua kali, seperti contoh termudah antara komedi dan drama dimana dua bagian tersebut seperti digantung di dua tiang yang berbeda.

Dampak lainnya juga cukup signifikan, cerita melompat sesuka hati antara drama dan komedi sehingga menghalangi karakter untuk bersinar, bahkan simpati dan empati yang saya rasakan hanya berasal dari isu orangtua dan anak, di bagian lain sulit untuk merasakan hadirnya intimitas bahkan rasa peduli yang benar-benar kuat pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Komposisi cerita yang ia miliki memang cukup kacau, dan daya tarik di beberapa elemen juga memiliki potensi yang besar untuk perlahan memudar, tapi meskipun tidak super lezat Chappie pada akhirnya berhasil menjadi sebuah kue yang terasa enak.

Nilai positif berasal pada kemampuan Neill Blomkamp menjaga pesona karakter utama di tengah hiruk-pikuk absurditas yang ia bentuk disekelilingnya. Karakter Chappie punya appeal yang mampu membuat penonton terikat dengan perjuangannya dalam berkenalan dengan dunia, sembari berjalan mondar-mandir ia juga mampu merangkul berbagai isu kecil tadi untuk setidaknya tertangkap oleh penonton meskipun tidak semua ia dorong untuk bergerak terlalu dalam. Hal menarik lainnya adalah meskipun lemah di cerita tapi Blomkamp masih tampil kuat ketika mengarahkan masalah kontemporer untuk bergerak penuh energi, sokongan sisi teknis juga oke seperti kombinasi visual dan score misalnya yang sangat efektif memompa tensi dan menyuntikkan rasa dinamis kedalam gerak cerita.

Seandainya Neill Blomkamp mau untuk sedikit menekan ambisinya pada kuantitas isu yang terlalu gemuk itu, mungkin Chappie akan lebih mudah untuk menjangkau hati banyak penonton, beberapa diantara mereka juga faktanya telah ia gunakan di dua film terdahulu. Jika ia memberikan push yang lebih dalam pada isu relationship anak dan orangtua hasilnya mungkin akan lebih baik, karena disamping Chappie punya pesona yang mumpuni sebagai seorang anak kecil yang sedang belajar mengenal kejamnya dunia karakter orangtua yang dimainkan oleh Yolandi Visser juga cukup mampu memancarkan kasih sayang orangtua, walaupun masih mentah. Dan well ini akan terkesan kasar tapi selain Sharlto Copley dan Yolandi tidak ada pemeran lain yang tampil menarik, Ninja tampil kaku, Sigourney Weaver hanya pemanis, Dev Patel seperti kehilangan momentum di bagian tengah cerita, dan Hugh Jackman kurang berhasil menjadi villain dan kehadirannya lebih tampak seperti tamu yang tidak diundang.

Overall, Chappie adalah film yang cukup memuaskan. Ekpektasi sempat meningkat ketika kemunculan berita bahwa Neill Blomkamp akan mengendalikan film terbaru Alien, namun Chappie ternyata tidak berhasil duduk sejajar dengan District 9 walaupun setidaknya ini mampu memberikan grafik naik bagi Blomkamp setelah Elysium. Script terlalu empuk namun celakanya memiliki isi yang tidak sesederhana sinopsis miliknya, namun dengan eksekusi yang cerdik Neill Blomkamp mampu mengarahkan materi yang sangat familiar tadi menjadi sebuah mess adventure yang bergerak dinamis sehingga mampu menjaga minus konyol miliknya untuk hanya mengganggu namun tidak merusak. Seandainya ia tidak terlalu rakus dengan mencoba melakukan banyak hal Chappie dapat meninggalkan penontonnya dengan impresi yang lebih mengagumkan. Guys, if you are lucky enough to have a parent or two alive on this planet, call them!
maxresdefault3.jpg

SJC_0077-0430_comp_marketingFrames_nativ

chappie-action-xlarge.jpg

LINK DOWNLOAD

USERSCLOUD : DOWNLOAD
TUSFILES : DOWNLOAD
UPFILE : DOWNLOAD

SUBTITTLE

Thursday, May 14, 2015

CPM Adhexa untuk Penghasil Dollar Blog

Hallo sob, pada artikel sebelumnya saya pernah membahas mengenai daftar program ppc terbaik di indonesia. Masih dengan tema yang sama sob, kali ini saya akan menjelaskan salah satu program advertiser untuk menambah penghasilan blog anda. 
Baca juga :
Perbedaan Publisher Iklan Berbasis PPC dan CPM untuk Blog Anda
Daftar PPC Indonesia Terbaik dan Terpercaya untuk Blog Anda 
Seperti yang sudah kita ketahui dari artikel sebelumnya, CPM merupakan salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan dari blog kita. Salah satunya adalah "Adhexa".
Adhexa merupakan salah satu publisher cpm yang memberikan dan menjanjikan pembayaran tinggi hingga 200% dibandingkan dengan cpm lainnya. Sedikit gambaran mengenai adhexa memiliki dashboard yang dinamis. Pada sisi kiri anda bisa melihat menu Dashboard, Ad Tags, Refferals, Blocked List dan Payment. Sedangkan untuk menu Live Earning berisi Current Balance, Total Money Paid dan lain-lain.
Lalu bagaimana dengan Pembayarannya? Tenang, adhexa bisa di bilang salah satu cpm yang tidak banyak neko-neko. Pasalnya adhexa akan memberikan bayarannya jika penghasilan anda sudah mencapai $5 dengan system Net 7 hari / seminggu menggunakan Paypall dan Skrill. Cukup baik hati bukan?  

Kelebihan Adhexa

  1. Pendaftaran sangat mudah dan tanpa review. Sekali daftar bisa langsung di approve.
  2. Cpm rate tergolong tinggi bekisar $0.30 - $.60.
  3. Pembayaran melalui paypal dengan minimal payout $5.
  4. Load iklan terbilang cepat.

Prosedur Iklan Adhexa

  1. Kita dapat meletakan maximal 3 iklan per halaman, jika lebih iklan akan otomatis di block.
  2. Kode iklan dapat otomatis mengoptimalkan penawaran dan pembayaran tertinggi.
  3. Proses optimasi akan memakan waktu sekitar 72 jam. (Wah, lama juga ya.. tapi gpp lah dari pada manyun..hehhe)
Gimana, langsung coba ada di Adhexa.com.

American Sniper (2014) BluRay + Subtitle Indonesia

american-sniper.jpg

“American Sniper” merupakan cerita dari kisah nyata US Navy SEAL, bernama Chris Kyle. Nama Chris Kyle sangat melegenda, karena dengan kehebatan dan kelihaian menembaknya dia sampai memiliki julukan “Al-Shaitan” atau “The Devil” dari Irak.

Suatu ketika Chris Kyle di hadapkan dengan posisi dan kondisi mengintai seorang pria yang diduga teroris, tiba-tiba saja menghilang dan yang muncul adalah seorang wanita yang memberikan sebuah misil kepada seorang anak.

Dalam kondisi ini, Chris Kyle dihadapkan pada perdebatan batin karena ingatannya terhadap kelahiran anaknya yang membuat dia untuk harus menembak anak tersebut atau membiarkannya berlari menyerang ke camp teman-temannya.


AMERICAN-SNIPER.jpg

United_States_Navy_SEALs_624-1024x731.jp

LINK DOWNLOAD

USERSCLOUD : DOWNLOAD
TUSFILES : DOWNLOAD

SUBTITTLE

Fury (2014) BluRay + Subtitle Indonesia

fury-2014-br.jpg

Menciptakan sebuah film action yang berisikan aksi tembak disana-sini dan kemudian menghasilkan kehancuran skala besar itu sekarang ini terasa sangat mudah, terlebih dengan teknologi yang semakin berkembang. Yang sulit adalah bagaimana jika mereka dikemas sama menariknya namun juga memberikan hiburan yang bukan hanya sekedar lewat, hiburan yang unforgettable, tampil elegan dengan sedikit kesan misterius, meskipun ikut memberikan tugas yang jauh lebih besar untuk mereka kendalikan dan selesaikan. Fury, understated raw action flick.

Koalisi anti-Jerman mulai mencoba memberikan tekanan pada Nazi pada Perang Dunia ke 2, dan upaya mereka untuk menghentikan agresi Nazi tersebut adalah dengan mencoba bergerak dan menaklukkan satu persatu kota yang berada disekitar mereka. Ada empat tank yang bertugas bergerak di garis terdepan, salah satunya adalah M4 Sherman yang dinamai Fury, berisikan empat orang pria yang sudah lama berjuang bersama di medan tempur, Boyd Swan (Shia LaBeouf), Trini Garcia (Michael Peña), Grady Travis (Jon Bernthal), dibawah komando Don Collier (Brad Pitt), atau yang lebih dikenal dengan panggilan Wardaddy.

Fury sendiri sebenarnya baru saja kehilangan salah satu anggotanya, yang kemudian memaksa Wardaddy dan rekan-rekannya menerima seorang anggota baru, tentara bernama Norman Ellison (Logan Lerman), prajurit yang faktanya tidak pernah dilatih untuk menggunakan senjata karena selalu bertugas dengan kertas dan alat tulis. Wardaddy mencoba merubah Norman menjadi prajurit yang lebih kuat, namun keputusannya tersebut justru menimbulkan gesekan dan masalah baru yang harus mereka hadapi, bukan hanya antara dirinya dan Norman, namun ikut melibutkan anggota Fury.

Film yang sempat dianggap menjadi salah satu contender kuat di awards season jauh sebelum ia dirilis ini bisa dikatakan menjadi sebuah “pesta” bertemakan peperangan. Ya, pesta, penonton diajak oleh David Ayer untuk menyaksikan hal-hal mengerikan yang terjadi pada Perang Dunia ke 2, dari pria-pria macho yang seolah tidak pernah merasa takut dengan kematian demi meraih dan mempertahankan harga diri bangsanya, kekacauan dan kekerasan dalam tampilan “kotor” yang tidak malu-malu bermain dengan darah, mayat-mayat yang telah membusuk, sikap kemanusiaan, hingga gejolak mental dari para karakter lengkap dengan bumbu-bumbu kecil terkait persahabatan hingga cinta.

Tampak gemuk memang, tapi faktanya fokus dari Fury sendiri terasa sangat sempit, dan keputusannya untuk seolah bermain aman juga menjadi penyebab Fury tidak berhasil meraih kemungkinan maksimal yang mereka miliki. Fury adalah film action yang tampil berani dalam menggambarkan kekacauan pada medan peperangan, tapi tampil kurang berani pada teknik bercerita. Terkesan sangat berhati-hati, semua elemen seperti dijaga untuk tidak bergerak terlalu jauh, tidak melebar terlalu luas, dengan urutan alur yang berhasil dijaga untuk tetap intens dan padat itu fokus seperti terus menerus ditujukan pada perkembangan karakter itu sendiri, aksi bertahan hidup yang harus mereka lakukan dengan kemungkinan mati dan terbunuh yang sama besarnya.

Keputusan David Ayer untuk membangun petualangan dengan bertumpukan pada character driven terhitung berhasil memang, ada emosi yang bukan hanya hadir dari karakter utama namun juga karakter pendukung, tidak kuat tapi ada daya tarik pada cara mereka berhadapan dengan tragedi, tekanan mental, rasa lelah, dan sesekali kombinasi mereka terasa provokatif. Yang menjadi masalah adalah dengan sikap hati-hati dan tidak ingin bermain terlalu jauh tadi menjadikan Fury sering memberikan pengulangan pada narasi, meskipun berisikan materi yang berhasil memberikan kejutan-kejutan menarik tapi perlahan seperti membuka masuk rasa frustasi pada karakter untuk berpindah menuju penonton.

Tidak melelahkan memang, apalagi membosankan, tapi dengan cara ia berjalan yang tergolong lambat itu ada situasi monoton di beberapa titik cerita, dan ketiadaan upaya untuk membakar cerita dengan menekankan isu-isu tajam seperti misalnya patriotisme menyebabkan Fury seperti bermain tarik dan ulur dengan penonton, kita seperti dibuat menanti-nanti apa yang akan terjadi pada karakter yang bergerak juga tanpa disertai sebuah kejelasan yang kuat pada pesan yang ia bawa, ambigu, ia terlalu menarik untuk ditinggalkan, tapi beberapa minus diatas tadi membuat penonton malas atau tidak bisa untuk mencoba terlibat lebih jauh. Hal tersebut yang cukup disayangkan hadir pada Fury, upaya untuk tampil misterius justru sering menghalangi kenikmatan yang lebih besar datang menghampiri penontonnya.

Dari hal teknis ini kuat, sebut saja gambar-gambar yang terasa presisi dalam menggambarkan kehancuran itu, termasuk permainan ruang sempit didalam tank yang berhasil menjadikan penonton seolah ikut berada disana bersama karakter, belum lagi keterlibatan score dari Steven Price yang sukses membuat penonton terombang-ambing bersama atmosfir cerita. Hal-hal tadi tidak pernah berhenti menjadikan Fury terasa menarik, tapi sayangnya keberadaannya tidak dominan akibat cerita yang kurang dinamis itu, Fury pernah tampil brutal dan menyenangkan, tapi ia juga pernah terasa stuck, Fury tidak pernah gagal memberikan kejutan pada penonton, tapi ia juga sering membuat penonton menunggu bersama gambar-gambar yang seperti kehilangan energi di momen tenang itu.

Namun dengan segala plus dan minus tadi Fury mungkin telah menjadi salah satu film yang akan sulit untuk saya lupakan. Pahit dan manis yang ia berikan seimbang, scene terakhir yang secara konstan bergerak menjauh keatas itu juga bisa menjadi salah satu momen paling memorable tahun ini, dan faktor lainnya adalah kinerja divisi akting yang memberikan kejutan menyenangkan.

Narasi memang menghalangi kita untuk merasa terlibat dengan mereka, tapi mereka punya pesona yang tampil efektif. Brad Pitt memberikan performa yang solid, ia juga mampu menggerakkan cerita yang bertumpu pada karakter itu, tapi kejutan justru hadir dari bagian pendukung. Shia LaBeouf tampil mengesankan, dilema moral yang ia alami terus hidup didalam sorot matanya, sedangkan bintang utamanya adalah Logan Lerman, puppy becomes a monster tergambarkan dengan impresif, tekanan yang ia alami tergambarkan dengan baik ketika ia takut dan marah. And Emma (Alicia von Rittberg) is attention stealer. Oh, dear.

Overall, Fury adalah film yang cukup memuaskan. Fury seperti sebuah daging yang dipanggang oleh seorang koki yang iseng, terkadang ia menyalakan api dalam kuantitas besar, tapi sering pula ia mengecilkan api tadi hingga mendekati titik minimal. Punya daya tarik yang konsisten hidup hingga akhir, adegan aksi yang intens dan beberapa terasa memukau, penampilan divisi akting yang kuat, tapi keputusannya untuk tampil sedikit misterius terutama pada sektor cerita sering meruntuhkan gelora yang ia miliki untuk membuat penonton terjebak dan terpaku jauh lebih dalam didalam pesta ini bersamanya.
Sumber
Fury%2B(2014)%2Bimage2.jpg

Fury%2B(2014)%2Bimage1.jpg

Brad-Pitt-and-Logan-Lerman-in-Fury-2014.

LINK DOWNLOAD

UPFILE : DOWNLOAD

SUBTITTLE

Fatal Frame (2014) BluRay + Subtitle Indonesia

fatal-frame.jpg

Fatal Frame, yang pasti sudah tidak asing lagi bagi anda para penggemar game konsol, khususnya PS2, karena Fatal Frame merupakan salah satu game yang dirilis untuk konsol besutan Sony tersebut. Bagaimana cerita didalam film seram dari Jepang ini? Akankah kisah didalamnya murni adaptasi dari game story? Ataukah berbeda secara keseluruhan?

Film ini berkutat tentang kejadian-kejadian misterius di sebuah asrama sekolah terpencil di kaki gunung. Aya Tsukimori adalah salah satu dari murid yang tinggal di asrama wanita di sekolah tersebut. Kejadian-kejadian aneh mulai muncul saat beberapa gadis yang juga menghuni asrama tersebut melihat sosok yang muncul di beberapa bagian asrama. Gadis tersebut sangat mirip dengan Aya. Yang lebih mengerikan dan misterius, gadis-gadis yang mengaku melihat sosok misterius tersebut, satu persatu mulai menghilang secara misterius juga.

Suatu hari seorang gadis bernama Michi Kazato mengaku melihat temannya yang bernama Kasumi menghilang, Michi pun curiga aya yang melakukan atau menjadi penyebab hilangnya Kasumi. Michi pun segera menanyakannya pada Aya namun tidak menemukannya.

Di lain waktu, mayat Kasumi yang hilang tersebut ditemukan tenggelam. Tidak lama kemudian, Michi pun melihat sosok yang mirip Aya tersebut dan menghampiri Michi, Aya yang mengetahui hal tersebut berusaha menolongnya karena ia beranggapan bahwa hanya ialah yang harus dan mungkin bisa menghentikan hantu tersebut. Mampukah Aya menolong Michi? Akankah terror tersebut berhasil dihentikan?

Dari sinopsis film Fatal Frame diatas tadi, anda akan menyadari ada banyak perbedaan cerita dengan versi game, kan? Ya, anda benar, karena film horror Jepang ini merupakan adaptasi dari cerita novel karangan Eiji Otsuka. Anyway jika anda pernah memainkan game ini di PS2, anda pasti pernah merasakan bagaimana sensasi bermain game Fatal Frame, dengan kamera bernama Obscura, seorang gadis berpetualang di rumah kosong yang tentu saja sangat angker, hasil kamera tersebut berisi penampakan-penampakan makhluk menyeramkan di sepanjang permainan.
Sumber
3fef69287398.png

Gekijo-ban.Zero.aka.Fatal.Frame.2014.BD.

fatal-frame-zero-6.jpg

LINK DOWNLOAD

USERSCLOUD : DOWNLOAD
TUSFILES : DOWNLOAD
UPFILE : DOWNLOAD

SUBTITTLE : DOWNLOAD

Assalamualaikum Beijing (2014) WEBRip

assalamualaikum-beijing.jpg

Sehari sebelum pernikahan dilangsungkan, Asmara (Revalina S Temat) mendapatkan kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu Jamil) ternyata sempat berselingkuh dengan teman sekantornya, Anita (Cynthia Ramlan). Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan, Asma terlanjur patah hati. Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan ternyata membuahkan janin. Anita hamil.

Asma pun menerima tawaran pekerjaan di Beijing. Peluang yang didapatkan lewat bantuan Sekar (Laudya Cynthia Bella) dan Ridwan (Deddy Mahendra Desta), suaminya. Di Beijing Asma bertemu Zhongwen (Morgan Oey), lelaki tampan yang memperkenalkannya akan legenda cinta Ashima, putri cantik dari Yunan. Kebaikan dan perhatian Zhongwen, membuat Asma perlahan membuka hati. Walaupun sempat gamang ketika Dewa menyusulnya ke Beijing.
10351593_10154822930385422_7686879773299

salam_beijing2.jpg

salam_beijing.jpg

LINK DOWNLOAD

USERSCLOUD : DOWNLOAD
TUSFILES : DOWNLOAD

The Social Network (2010) BluRay + Subtitle Indonesia

the-social-network.jpg
The Social Network bukanlah The Curious Case of Benjamin Button (2008), dimana setiap penontonnya dapat memandang kagum sekaligus terhanyut atas penggunaan special effects yang terdapat di sepanjang film drama romantis tersebut. The Social Network juga bukanlah Fight Club (1999), Panic Room (2002) atau Zodiac (2007) yang mampu memberikan intensitas ketegangan yang tinggi ketika penonton menyaksikan film-film tersebut. Sama sekali tidak ada darah, adegan percintaan yang romantis maupun misteri sebuah kejahatan yang harus dipecahkan di dalam naskah cerita The Social Network.

Film ini berkisah mengenai bagaimana Facebook dibentuk dan pengaruhnya pada kehidupan para penciptanya. Berpotensi membosankan, namun David Fincher berhasil membuktikan di tangan seorang jenius, naskah cerita yang memiliki premis datar dapat menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik. Kredit keberhasilan tersebut sebenarnya tidak dapat hanya diemban oleh David Fincher secara keseluruhan.

Mengadaptasi sebuah buku berjudul The Accidental Billionaires: The Founding of Facebook, A Tale of Sex, Money, Genius, and Betrayal karya Ben Mezrich menjadi sebuah naskah film yang dipenuhi oleh berbagai dialog-dialog pintar, adalah Aaron Sorkin (Charlie Wilson’s War, 2007) yang membantu Fincher dalam memenuhi pencapaian memuaskannya di The Social Network. Kerjasama Fincher dan Sorkin inilah yang kemudian membuat The Social Network menjadi sebuah film yang dipenuhi dialog namun berjalan cepat, penuh intrik dan penampilan terbaik para jajaran pemerannya.

The Social Network sendiri menggambarkan bagaimana Facebook dimulai atas dasar ketidaksengajaan yang dilakukan oleh Mark Zuckerberg (Jesse Eisenberg) ketika membuat sebuah situs internet dalam usahanya untuk melepaskan amarahnya pada Erica Albright (Rooney Mara), mantan pacarnya yang baru saja memutuskan dirinya malam itu. Mark tentu tidak akan menyangka situs yang dibuatnya tersebut memperoleh banyak perhatian dari seluruh mahasiswa Harvard University.

Begitu besarnya perhatian yang diperoleh oleh situs buatan Mark, ia kemudian ditawari sebuah proyek untuk membuat sebuah situs jejaring sosial untuk menghubungkan setiap mahasiswa Harvard oleh Cameron dan Tyler Winklevoss (Armie Hammer dan Josh Pence). Tanpa disangka, Mark kemudian mengembangkan ide tersebut dan justru menjadikannya sebuah situs yang kelak akan dikenal sebagai Facebook. Hal ini tentu saja membuat Cameron dan Tyler Winklevoss menjadi murka karena menganggap Mark telah mencuri ide brilian mereka. Apalagi setelah diluncurkan untuk publik, Facebook ternyata mampu meraih banyak peminat dalam waktu yang cukup singkat.

Di saat yang sama, Facebook kemudian tumbuh menjadi sebuah perusahaan dengan masa depan yang cerah. Pertumbuhan Facebook sendiri kemudian mempengaruhi hubungan Mark dengan sahabatnya, Eduardo Saverin (Andrew Garfield), yang juga terdaftar sebagai salah satu pendiri Facebook. Berbagai masalah pribadi dan hukum inilah yang kemudian mewarnai Facebook dalam perkembangannya menjadi salah satu situs internet terbesar di dunia.

Menit-menit terbaik The Social Network berada pada 10 menit awal film ini, sebuah adegan percakapan antara karakter Mark Zuckerberg dengan karakter calon mantan pacarnya, Erica Albright, yang sepertinya ingin menjelaskan kepada setiap penonton film ini bahwa The Social Network adalah sebuah drama yang dipenuhi oleh dialog-dialog tajam beralur cepat serta memperkenalkan tokoh utama film ini yang digambarkan sebagai seorang yang jenius namun memiliki ‘ketidakmampuan’ dalam mengelola hubungan sosial yang baik dengan sekitarnya. Permasalahan inilah yang nantinya akan terus dieksplorasi oleh Fincher lewat karakter Mark Zuckerberg.

Naskah yang dituliskan oleh Aaron Sorkin memang fantastis. Cerita yang ia tuliskan bukan hanya mengenai proses terbentuknya Facebook dan berbagai masalah yang menimpa sang pendirinya seiring semakin populernya situs jejaring sosial tersebut. Secara lebih mendalam, The Social Network mampu menyentuh berbagai isu mengenai ambisi, harapan, persahabatan, pengkhianatan dan balas dendam di dalam perjalanan ceritanya. Yang semakin membuat naskah ciptaan Sorkin menjadi begitu mempesona adalah seluruh kisah yang ia gambarkan ia tuangkan melalui dialog-dialog yang diucapkan oleh setiap karakter di The Social Network. Hal ini juga yang menjadikan karakterisasi setiap karakter yang ada di dalam jalan cerita menjadi sangat kuat dan menonjol satu sama lain.

Sayangnya, menjelang bagian akhir, kisah The Social Network perlahan terasa sebagai sebuah kisah yang melelahkan dan diisi dengan adegan-adegan yang terlalu biasa jika dibandingkan dengan adegan-adegan dari jalan cerita yang sebelumnya telah dipaparkan di bagian awal. Perhatian naskah cerita yang awalnya berpusat pada karakter Mark Zuckerberg juga terpecah kepada beberapa karakter pendukung yang sebenarnya tidak terlalu perlu untuk digambarkan secara detil. Walau begitu, secara perlahan, naskah karya Sorkin kemudian berhasil meningkatkan kembali intensitasnya untuk sebuah ending yang cukup memuaskan.

Dari departemen akting, Fincher melakukan sebuah keputusan yang sangat baik untuk memberikan peran utama di film ini kepada Jesse Eisenberg. Selain memiliki beberapa ciri fisik yang mirip dengan Mark Zuckerberg, arahan Fincher ternyata mampu membuat Eisenberg tampil cemerlang sebagai seorang yang memiliki otak brilian namun memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam bersosialisasi dengan berbagai karakter manusia yang ada di sekitarnya. Penampilan Eisenberg di The Social Network merupakan salah satu penggambaran karakter terbaik yang ada di sepanjang tahun ini.

Tidak hanya Eisenberg, sebenarnya, yang melakukan tugasnya dengan sangat baik. Jajaran pemeran pendukung lainnya juga berhasil menghidupkan setiap karakter yang mereka mainkan dan mendukung performa Eisenberg dalam menampilkan karakter Mark Zuckerberg. Yang paling menyita perhatian, mungkin, adalah aktor sekaligus penyanyi, Justin Timberlake, yang semakin membuktikan bakatnya yang terus terasah dalam dunia akting. Sebagai Sean Parker, salah seorang pendiri Napster, Timberlake tampil meyakinkan sebagai karakter yang meragukan untuk dipercaya namun memiliki visi yang cukup meyakinkan dalam dunia bisnis.

Adalah sangat mengagumkan untuk melihat The Social Network secara keseluruhan untuk kemudian berkata bahwa David Fincher mampu mengeluarkan berbagai hal terbaik dari sebuah jalinan kisah yang cenderung datar tanpa adanya intrik yang terlalu mengikat seperti yang digambarkan di dalam jalan cerita film ini. Naskah tulisan Aaron Sorkin yang berisi banyak dialog cerdas dan tajam memang sangat membantu, namun Fincher adalah kunci kesuksesan film ini.

Arahannya mampu mengeluarkan kemampuan akting terbaik dari setiap pemerannya sekaligus menghidupkan jalan cerita The Social Network menjadi sebuah jalan cerita yang sangat menarik. Durasi film ini memang sedikit terlalu panjang akibat adanya beberapa adegan yang tidak terlalu perlu untuk ditampilkan, namun secara keseluruhan, The Social Network mampu berdiri sebagai salah satu film terbaik tahun 2010 lalu.
Sumber
social.jpg

2010_the_social_network_012.jpg

1157483.jpg

LINK DOWNLOAD

USERSCLOUD : DOWNLOAD
TUSFILES : DOWNLOAD

SUBTITTLE : DOWNLOAD