Rurouni Kenshin (lebih dikenal di sini
dengan judul Samurai X) adalah manga / anime yang sangat populer di
Indonesia pada awal dekade lalu. Begitu terkenalnya kisah Kenshin sang
pengembara stasiun TV yang menayangkannya bahkan mendobrak tradisi
dengan memakai lagu opening – ending Jepang aslinya. Bisa dibilang di
luar Naruto Rurouni Kenshin inilah yang melekat di hati banyak orang dan
memperkenalkan pada sebuah generasi Indonesia mengenai dunia anime
modern.
Salah satu era yang paling penting dalam sejarah Jepang adalah jaman Restorasi Meiji. Ini adalah jaman di mana Jepang mulai menerima pengaruh barat untuk memodernisasi negaranya. Sebuah reformasi besar-besaran ini sangat mempengaruhi masyarakat termasuk golongan Samurai. Salah seorang Samurai yang dulunya berjuang supaya pemerintahan Jepang kini bisa berdiri adalah Himura Kenshin.
Dengan aliran Hiten Mitsurugi-ryu yang ia kuasai Kenshin menjadi seorang pembantai yang sangat ditakuti musuh maupun kawan dengan julukan “Hitokiri Battosai”. Akan tetapi setelah era kedamaian Kenshin memutuskan untuk menanggalkan julukannya sebagai seorang Hitokiri (pembantai) dan berubah menjadi Rurouni (pengembara). Dalam pengembaraannya Kenshin mendengar kabar mengenai adanya seorang pembantai palsu yang memakai namanya. Dalam penyelidikannya mencari sang pembantai palsu itu Kenshin kemudian bertemu dengan seorang gadis Kaoru Kamiya – yang juga ingin tahu siapakah sang pembantai yang mencemari nama dojonya.
Jepang adalah negara yang rajin membawa kisah manga mereka menjadi anime seperti 20th Century Boys, Death Note, dan banyak lagi. Dengan kepopuleran dari Rurouni Kenshin di negara Sakura sepertinya memang tinggal waktu saja sampai ia diadaptasi ke format live-action. Disutradarai oleh Keishi Otomo akhirnya Kenshin Himura pun hadir di layar lebar dengan transisi yang sangat respek pada manga orisinilnya.
Artis Takeru Sato sukses memerankan sosok Kenshin yang lemah lembut tetapi juga garang saat serius bertarung. Sisa casting dalam film ini juga bagus seperti Emi Takei dan Yu Aoi sebagai dua gadis yang dekat dengan kehidupan Kenshin: Kaoru dan Megumi. Sayangnya ada dua sosok penting dalam manga Kenshin yang di sini kurang memuaskan penampilannya: Munetaka Aoki tampil terlalu over sebagai Sanosuke Sagara. Kelemahannya ini makin mencolok karena skrip film tak memberi waktu yang cukup untuk menggali persahabatan antara Kenshin dan Sano. Aktor kecil Taketo Tanaka sebenarnya tampil cukup baik sebagai Yahiko tetapi porsinya di film ini agak minim sehingga kurang memberi kesan di hati penonton.
Walaupun dua kisah paling terkenal di Kenshin mempertemukannya dengan Makoto Shishio dan Yukishiro Enishi film ini sama sekali tidak menyinggung keduanya dan memutuskan untuk mengadaptasi kisah pertemuan Kenshin dengan Megumi sekaligus mencampurkannya dengan kisah Kenshin dengan Jin-e. Kalau kalian berharap dengan kemunculan Aoshi dan grup Oniwabanshu harus gigit jari karena iapun absen dalam kisah live-action ini.
Hal yang paling penting dalam adaptasi film pertama – terutama untuk manga panjang dan memiliki banyak karakter memorable seperti Kenshin – adalah membangun fondasi yang kokoh untuk karakter utamanya. Dengan khayalak umum sudah mengenal siapa itu Kenshin, Sanosuke, Kaoru, dan lain-lain maka filmmaker akan lebih leluasa mengalokasikan waktu untuk berkisah mengenai musuh-musuh Kenshin yang lebih ikonik di sekuelnya.
Pengarahan sinematografer Takuro Ishizaka dalam adegan-adegan duel pedang Rurouni Kenshin pun apik. Bekerja sama dengan sutradara Keishi Otomo keduanya sepertinya tahu bahwa pertarungan-pertarungan yang dilakoni Kenshin di manga selalu ada pada ambang batas realistis dan fantasi. Mayoritas duel pedang yang terjadi digarap realistis (dan brutal!) tetapi Otomo tak ragu mengambil sudut pandang dan memerintahkan para aktor melakukan gerakan tidak realistis (bersalto di udara maupun melakukan lompatan super tinggi) ketika melakukan jurus spesial.
Hasilnya adalah film yang bisa memuaskan para penggemar sang Samurai X. Rurouni Kenshin adalah adaptasi yang bagus dari Keishi Otomo. Kendati menyisakan ruang untuk dibenahi di sana-sini secara keseluruhan film ini akan memuaskan dahaga para pembaca manga maupun penonton serial animasi Kenshin.
Sumber
Salah satu era yang paling penting dalam sejarah Jepang adalah jaman Restorasi Meiji. Ini adalah jaman di mana Jepang mulai menerima pengaruh barat untuk memodernisasi negaranya. Sebuah reformasi besar-besaran ini sangat mempengaruhi masyarakat termasuk golongan Samurai. Salah seorang Samurai yang dulunya berjuang supaya pemerintahan Jepang kini bisa berdiri adalah Himura Kenshin.
Dengan aliran Hiten Mitsurugi-ryu yang ia kuasai Kenshin menjadi seorang pembantai yang sangat ditakuti musuh maupun kawan dengan julukan “Hitokiri Battosai”. Akan tetapi setelah era kedamaian Kenshin memutuskan untuk menanggalkan julukannya sebagai seorang Hitokiri (pembantai) dan berubah menjadi Rurouni (pengembara). Dalam pengembaraannya Kenshin mendengar kabar mengenai adanya seorang pembantai palsu yang memakai namanya. Dalam penyelidikannya mencari sang pembantai palsu itu Kenshin kemudian bertemu dengan seorang gadis Kaoru Kamiya – yang juga ingin tahu siapakah sang pembantai yang mencemari nama dojonya.
Jepang adalah negara yang rajin membawa kisah manga mereka menjadi anime seperti 20th Century Boys, Death Note, dan banyak lagi. Dengan kepopuleran dari Rurouni Kenshin di negara Sakura sepertinya memang tinggal waktu saja sampai ia diadaptasi ke format live-action. Disutradarai oleh Keishi Otomo akhirnya Kenshin Himura pun hadir di layar lebar dengan transisi yang sangat respek pada manga orisinilnya.
Artis Takeru Sato sukses memerankan sosok Kenshin yang lemah lembut tetapi juga garang saat serius bertarung. Sisa casting dalam film ini juga bagus seperti Emi Takei dan Yu Aoi sebagai dua gadis yang dekat dengan kehidupan Kenshin: Kaoru dan Megumi. Sayangnya ada dua sosok penting dalam manga Kenshin yang di sini kurang memuaskan penampilannya: Munetaka Aoki tampil terlalu over sebagai Sanosuke Sagara. Kelemahannya ini makin mencolok karena skrip film tak memberi waktu yang cukup untuk menggali persahabatan antara Kenshin dan Sano. Aktor kecil Taketo Tanaka sebenarnya tampil cukup baik sebagai Yahiko tetapi porsinya di film ini agak minim sehingga kurang memberi kesan di hati penonton.
Walaupun dua kisah paling terkenal di Kenshin mempertemukannya dengan Makoto Shishio dan Yukishiro Enishi film ini sama sekali tidak menyinggung keduanya dan memutuskan untuk mengadaptasi kisah pertemuan Kenshin dengan Megumi sekaligus mencampurkannya dengan kisah Kenshin dengan Jin-e. Kalau kalian berharap dengan kemunculan Aoshi dan grup Oniwabanshu harus gigit jari karena iapun absen dalam kisah live-action ini.
Hal yang paling penting dalam adaptasi film pertama – terutama untuk manga panjang dan memiliki banyak karakter memorable seperti Kenshin – adalah membangun fondasi yang kokoh untuk karakter utamanya. Dengan khayalak umum sudah mengenal siapa itu Kenshin, Sanosuke, Kaoru, dan lain-lain maka filmmaker akan lebih leluasa mengalokasikan waktu untuk berkisah mengenai musuh-musuh Kenshin yang lebih ikonik di sekuelnya.
Pengarahan sinematografer Takuro Ishizaka dalam adegan-adegan duel pedang Rurouni Kenshin pun apik. Bekerja sama dengan sutradara Keishi Otomo keduanya sepertinya tahu bahwa pertarungan-pertarungan yang dilakoni Kenshin di manga selalu ada pada ambang batas realistis dan fantasi. Mayoritas duel pedang yang terjadi digarap realistis (dan brutal!) tetapi Otomo tak ragu mengambil sudut pandang dan memerintahkan para aktor melakukan gerakan tidak realistis (bersalto di udara maupun melakukan lompatan super tinggi) ketika melakukan jurus spesial.
Hasilnya adalah film yang bisa memuaskan para penggemar sang Samurai X. Rurouni Kenshin adalah adaptasi yang bagus dari Keishi Otomo. Kendati menyisakan ruang untuk dibenahi di sana-sini secara keseluruhan film ini akan memuaskan dahaga para pembaca manga maupun penonton serial animasi Kenshin.
Sumber
LINK DOWNLOAD
SUBTITTLE
No comments:
Post a Comment